Breaking News

Dialog kebangsaan Merak - Banyuwangi di gelar di Stasiun Besar Jombang



Jombang SARANAPOS. COM, PT. KAI menggelar Dialog kebangsaan Merak - Banyuwangi bertempat di stasiun besar Jombang.
Acara dialog tersebut hasil kerja bareng Gerakan suluh kebangsaan dengan PT. Kereta api Indonesia pada Rabu 20 Pebruari 2019 pukul 15.00 wib.
Tema dialog kebangsaan adalah mengokohkan kebangsaan, meneladani Nasionalisme, Religius Ulama Hadratus Sheikh KH. Hasyim Asy'ari. Sebagai penanggung jawab kegiatan adalah Sutrisno Kepala stasiun besar Jombang dan Endra Gunawan Manager SDM dan Umum        PT. KAI.
Acara dialog kebangsaan dihadiri oleh Prof. Mahfud MD,  Alissa Wachid, Siti Rukaini Dzukayatin, Kapten Nasrullah mewakili Dandim, AKP. Suparno mewakili Kapolres Jombang, Fachrudin Widodo Kepala Bakesbang Linmas, Wisnu Kepala Dapat 7 PT. KAI, Sutrisno Kepala stasiun besar Jombang, H. Zainuddin As'ad (Gus Han) perwakilan Universitas Darul Ulum Rejoso, perwakilan Toga mas, perwakilan pemuda dan undangan lainnya.
Direktur operasional PT. KAI pusat mengatakan, saya dari pihak Kereta api Indonesia sangat bangga bisa bekerja sama dengan Gerakan suluh kebangsaan, besar harapan kami dapat mempersatukan NKRI sehingga ke depan bangsa kita tidak mudah untuk berpecah belah, tuturnya.
Sebagai Narasumber Prof. Mahfud MD menyampaikan, kegiatan ini merupakan rangkaian jelajah atau suluh kebangsaan dari Merak sampai Banyuwangi yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran diri dalam berbangsa dan bernegara, terlebih sekarang sering terjadi gangguan politik melalui berita HOAX yang beredar di masyarakat dengan motivasi mengganggu jalannya Pemilihan umum 2019.
Di Jombang ini terkenal dengan kota santri dan religi, untuk itu kita patut mencontoh dan meneladani tokoh agama dari Jombang yaitu Hadratus Syeikh KH. Hasyim Asy'ari tokoh religius yang memiliki jiwa nasionalisme yang tinggi dan punya peran cukup besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia.
Dalam teori politik ada 2 aliran yang berkembang dimasyarakat yaitu politik Nasionalisme dan politik Agama, konsep inilah yang mengelompokkan beberapa tokoh bangsa menjadi 2, diantaranya KH. Hasyim Asy'ari termasuk tokoh teori politik Agama dan Ir. Soekarno sebagai teori politik Nasionalis, tetapi secara de facto mereka berdua adalah tokoh yang memiliki jiwa nasionalis dan Agama yang melekat dalam jiwa raganya, tutur Mahfud MD.
Islam bukan lah Agama yang anti kebangsaan begitu juga nasionalis bukanlah pemikiran yang anti Islam. Namun Islam dan nasionalis adalah pandangan kebangsaan yang dirangkum dalam ideologi Pancasila.
Mari kita cintai negara Kesatuan Republik Indonesia karena cinta kepada negara merupakan sebagian dari iman kita, pungkas Prof. Mahfud MD.
Fachrudin Widodo Kepala Bakesbang Linmas yang mewakili Bupati Jombang mengatakan, kami mohon maaf karena Ibu Bupati Jombang dalam kegiatan dialog suluh kebangsaan ke VII, karena beliau ada kegiatan di Jakarta yang tidak bisa ditinggalkan. Kami atas nama pemerintah kabupaten Jombang mengucapkan banyak Terima kasih atas terselenggaranya dialog suluh kebangsaan ini yang digelar oleh PT. KAI mulai tanggal 18-22 Pebruari 2019 dari Merak sampai Banyuwangi dengan tujuan membangun kesadaran berbangsa dan bernegara, tutur nya.
Kami berharap kegiatan ini bisa memupuk semangat yang positif cara pandang kebangsaan kita dengan mengikuti dialog suluh kebangsaan Merak-Banyuwangi. Untuk itu kami sampaikan Terima kasih kepada PT. KAI yang telah mengadakan Dialog suluh kebangsaan ini. Mudah-mudahan dengan dialog kebangsaan ini kita semakin paham betapa pentingnya menjaga kerukunan dan persatuan diantara semua elemen masyarakat Indonesia umum dan kabupaten Jombang pada khususnya, tutur Fachrudin Widodo.
Sesi selanjutnya Alissa Wachid putri KH. Abdurrahman Wahid mengatakan, KH. Hasyim Asy'ari mempunyai kontribusi sangat besar dalam memperjuangkan kemerdekaan bangsa Indonesia, beliau adalah sosok pemimpin yang biarpun jasadnya sudah meninggal namun pemikirannya masih digunakan atau masih mewarnai kehidupan saat ini. Ada sekitar 67℅ warga muslim Indonesia mengikuti ajaran dari KH. Hasyim Asy'ari yang selalu menjunjung tinggi toleransi, agama dan nasionalis yang merupakan pasangan sayap dan dibuktikan dengan resolusi jihad sehingga rakyat bangkit untuk melawan penjajahan, tutur Alissa Wachid bersemangat.
Pada gilirannya Gus Han mengatakan, KH. Hasyim Asy'ari mempunyai kemauan dalam berjuang dan tidak egois dalam membangun konsep berjuang dengan merangkul semua elemen masyarakat tanpa memandang suku, ras dan agama sehingga masyarakat Nusantara bisa bersatu untuk melawan kedzoliman penjajah, ujar Gus Han.
Siti Rukaini Dzukayatin menyatakan, Organisasi NU dan Muhammadiyah diharapin dapat menyelamatkan Indonesia dari berbagai benturan kebudayaan dan ideologi yang nantinya dapat menimbulkan perpecahan. Di harap kan Indonesia sebagai wajah negara Islam yang memiliki reputasi dari warisan NU dan Muhamadiyah, tidak mengalami disintegrasi bangsa, selalu rukun, damai, aman, tentram dan selalu menjunjung tinggi persatuan bangsa, tuturnya.
Organisasi Islam dalam politik Indonesia merupakan benteng yang nantinya dapat menangkal politisasi dan perpecahan antar umat beragama karena organisasi NU dan Muhammadiyah berorientasi pada nilai nilai etika nasionalisme dan kebangsaan.  NU dan Muhammadiyah adalah Islam Nusantara yang berkemajuan dan berkebangsaan. Karena bangsa Indonesia dianugerahi keanekaragaman dan kami ingin anak cucu kita dapat menikmati dan merawat nasionalis kebangsaan ini sampai akhir Zaman, pungkas Siti Rukaini.
Acara ini diakhiri dengan tanya jawab dari para undangan dengan Narasumber dan berjalan dengan tertib dan lancar.
(Wots Sp).

Tidak ada komentar