Breaking News

Mahasiswa Universitas Brawijaya Ciptakan Topi Pintar yang Terintegrasi dengan Smartphone untuk Mencegah Kejang Berulang pada Penderita Epilepsi

MALANG, Saranapos.com, Permasalahan kejang pada penderita epilepsi sampai saat ini masih menjadi beban dunia. Menurut WHO tahun 2019, setidaknya terdapat sekitar 50 juta penduduk yang menderita epilepsi di seluruh dunia, dan di Indonesia sendiri diperkirakan setidaknya terdapat sekitar 2 juta penderita epilepsi. Penderita epilepsi tidak hanya terbatas pada usia dewasa, namun juga dapat diderita oleh masyarakat dengan usia yang lebih muda seperti remaja dan anak anak. Meskipun penderita epilepsi sudah banyak mendapatkan terapi, menurut penelitian yang dilakukan Muttaqin dan koleganya pada tahun 2019, didapatkan 3 dari 10 penderita epilepsi cenderung mengalami kejang berulang yang dapat terjadi sewaktu-waktu. Kondisi kejang berulang ini dapat mengakibatkan penurunan kognitif, kondisi psikososial, perburukan kualitas hidup, hingga peningkatan risiko kematian pada pasien epilepsi. 

Diagnosis dari penyakit epilepsi membutuhkan beberapa tahapan, dari proses anamnesis, pemeriksaan fisik, hingga pemeriksaan penunjang. Saat ini, pemeriksaan penunjang yang digunakan sebagai pilihan utama untuk membantu penegakan diagnosis epilepsi adalah dengan pemeriksaan EEG (Electroencephalogram). Alat ini terpilih karena relatif lebih aman dan dapat mendeteksi epilepsi meskipun tidak ada penyebab organik pada pasien dibandingkan pemeriksaan penunjang lain seperti MRI dan CT Scan. Tetapi pemeriksaan menggunakan alat EEG ini mewajibkan pasien untuk berada di rumah sakit, memiliki waktu pemeriksaan yang sangat terbatas (30 menit), dan biaya pemeriksaan yang cukup mahal. Selain itu, jumlah alat EEG yang  tersedia pada fasilitas kesehatan Indonesia pun masih sangat sedikit.

Berdasarkan permasalahan- permasalahan yang telah dijabarkan sebelumnya. Tim PKM- KC yang terdiri dari 5 mahasiswa Universitas Brawijaya yakni Muhammad Farrel R sebagai ketua, dan keempat anggota lain yaitu Melina Suhartono, Daffa Rahmansyah D, Muhammad Jamaludin I, Lisan Shidqi H dibawah bimbingan Dr. dr. Shahdevi Nandar K, Sp.S (K) menciptakan Inovasi Epileptic Smarthat Berbasis IoT dengan Metode Fast Fourier Transform bagi Penderita Kejang di Indonesia.

Inovasi baru ini secara singkat dapat dikenal dengan nama ESH (Epileptic Smarthat). ESH merupakan modifikasi alat EEG sehingga bersifat Portable yang disematkan dalam bentuk topi dan terintegrasi dengan smartphone sehingga dapat digunakan kapan pun dan dimana pun. ESH bekerja dengan memonitor seluruh gelombang otak dan merekam gelombang aktivitas otak. Hal ini bertujuan untuk mendeteksi ada tidaknya abnormalitas gelombang yang menunjukkan bahwa pengguna sedang mengalami kejang. Data perekaman kejang pada ESH juga dapat digunakan untuk keperluan penentuan diagnosis, prognosis, serta penentuan tatalaksana yang tepat pada pasien sehingga dapat menurunkan risiko kejang kedepannya. Mengingat penderita epilepsi dapat mengalami kejang berulang, ESH juga berfungsi untuk meningkatkan keamaan pengguna saat beraktivitas sehari- hari. Apabila penderita mengalami kejang di tempat umum, ESH dapat mengirimkan notifikasi kepada keluarga dan fasilitas kesehatan terdekat. Selain itu, masyarakat awam juga dapat melakukan penanganan awal dengan panduan yang tertera pada smartphone pengguna ESH.

Keunggulan Inovasi epileptic smarthat dibandingkan dengan pemeriksaan penunjang epilepsi yang telah ada seperti Magnetic resonance imaging (MRI), computerized tomography (CT) scan, maupun electroencephalogram (EEG) yang biasa digunakan oleh dokter di rumah sakit, yaitu harga alat dan biaya pemakaian jauh lebih murah dibanding MRI juga CT Scan, dapat digunakan dalam jangka waktu yang panjang, dapat digunakan kapan pun dan dimana pun. Selain itu, dapat membantu memuat dan memberikan lebih banyak data seputar kejang penderita kepada dokter. ESH ini terintegrasi ke dengan smartphone sehingga dapat memberikan notifikasi kepada keluarga dan dokter rumah sakit terdekat apabila pengguna mengalami kejang, serta dapat memberikan notifikasi pengingat konsumsi obat anti kejang bagi pengguna/ penderita. Alat ini merupakan inovasi buatan dalam negeri sehingga dapat turut meningkatkan pendapatan negara dan sebagai wujud rasa cinta kepada tanah air.(aji)

Tidak ada komentar